Namaku Shinobu Wakana. Sudah sejak kecil aku hidup sendiri. Saat aku lahir, mama meninggal dunia. Saat aku berumur 3 tahun, papa bekerja di luar negeri. Karena hidup sendiri, aku dipunggut oleh tanteku. 5 tahun kemudian, papa dikabarkan meninggal saat perjalanan pulang ke sini. Pesawat papa mengalami kecelakaan. 3 tahun kemudian tanteku meninggal dunia karena serangan jantung. Pada umur 11 tahun aku hidup di panti asuhan. Tapi, ada gosip yang mengatakan bahwa aku anak terkutuk, karena setiap orang yang berkaitan denganku tidak lama kemudian meninggal, padahal memang sudah waktunya mereka pergi. Saat aku berumur 12 tahun, aku dipunggut oleh keluarga Utsugi yang baik hati, mereka tidak takut kalau mereka nanti juga meninggal, tapi mereka percaya padaku.
"Kami tidak akan mati." itulah apa yang dikatakan keluarga Utsugi. Aku disekolahkan di SMP Hidashi, tapi disana tidak ada yang mau mendekatiku karena mereka semua sudah tau gosip-gosip tentangku. Maka aku tidak punya teman. Aku sudah menginjak umur 13, maka aku pergi dari keluarga Utsugi dan belajar hidup sendirian. Kenyataannya, aku bertemu saudaraku yang bernama Rei yang setia menemaniku. Maka kami berdua hidup bersama.
"Shi, bangun! Sudah pagi, nanti telat, lho!" Rei membangunkanku pagi-pagi.
"Uh.. Sudah pagi, ya?"
"Ayo bangun! Nanti kita telat!" Biarpun kita beda sekolah, tapi arah jalannya sama, jadi kita berangkat bersama.
"Pssstt.. Psssttt"
Saat aku keluar dari rumah, selalu saja tetangga-tetangga mulai menggosipiku.
"Sudahlah, Shi, ada aku kok, aku percaya padamu.. Kamu bukan gadis terkutuk."
"Ehm, terima kasih, Rei." Kata-kata Rei memang membuatku tenang.
Sesampai di sekolah, gosipku sudah dimulai.
"Eh, itu Wakana! Ayo pergi!"
Murid-murid langsung pergi menjauhiku.
DING DONG
Bel masuk sudah berbunyi, aku memasuki kelas. Seperti biasa, gosip masih berjalan. Rasanya aku ingin lenyap dari dunia ini.
"Hey, teman-teman! Aku bawa buku psikotes nih! Ada yang mau ikut tidak?"
"Mau! Mau! Aku mau!"
"Kalau mau, ayo kumpul kesini!"
"Untung gurunya sedang sakit, yaa..."
Aku jadi sendirian duduk di bangkuku.
"He? Ada apa nih ramai-ramai?" Kaito, dari keluarga Utsugi, selalu datang agak telat karena pagi-pagi dia selalu mengerjakan pekerjaan OSIS. Dia cowok populer, plus ketua OSIS di sekolah ini.
"Eh?" Kaito melirikku.
Aku langsung menghadap ketempat lain karena aku bingung. Selama aku dianggap gadis terkutuk, aku sama sekali tidak dianggap di kelas.
"Kyaaa ~ Kaito datang! Ayo kesini!" Tangan Kaito langsung ditarik ke lingkaran kelas itu oleh anak perempuan. Haah, sebaiknya aku pergi saja ke halaman bunga sekolah.
"Wah... Disini enak sekali, ada bunga anggrek, bunga mawar, bunga matahari, banyak sekali... Coba ada Rei disini.. Oh iya, biar ku gambar saja bunga-bunga ini, gambarnya untuk Rei.."
Untungnya, tiap aku pergi aku selalu bawa sketch book, kalau ku taruh di kelas takut hilang.
20 menit kemudian..
"Ah, sudah jadi! Sekarang saatnya kembali ke kel..." Eh? Ada Kaito sedang mengarah ke sini. Uh, aku harus sembunyi! Ah! Dibelakang bunga matahari yang besar-besar pasti tidak ketahuan!
"Hmm... Bunga-bunganya indah..." Sepertinya Kaito juga suka bunga.
"Eh? Bunga matahari ini mencurigakan." Oh, tidak! Kaito mengarah ke sini!
"Lho? Kamu... Shi? Sedang apa kamu disini?"
"Eh?" Ah, sudah ketahuan.
"Kamu pegang sketch book, bolehkah aku melihatnya?" Wah, Kaito tertarik dengan sketch book-ku...
"Ah... Bo... Boleh saja..." Aku gugup, karena aku belum pernah memberikan hasil gambarku kepada orang lain selain Rei.
"Wah, gambarnya bagus. Ini kamu yang gambar?"
BLUSH! Mukaku langsung merah.
"I... Iya.. Terima kasih.."
"Kaito ~ kamu dimana?" Sepertinya ada yang sedang mencari Kaito.
"Heh? Sudah ya, Shi. Sampai bertemu lagi."
Ah... Kaito memang cowok baik-baik... Keluarga Utsugi memang baik hati...
Waktu terus berjalan, tentu saja di sekolah tidak punya teman sama sekali, jadi aku sangat kesepian di sekolah ini.
"Anak-anak, sekarang siapa yang bertugas untuk piket hari ini?" Guru wali kelas melihat daftar piket, karena sekarang hari kamis jadi hari ini aku piket dan pasti pulang sore. Semoga Rei ngga apa-apa di rumah selama aku pulang sore.
"Shinoyama, Utsugi, Wakana, Hinamori, Tsukanjou, dan Watanabe. Kalian berenam piket hari ini. Bersihkan kelas, OK?"
"Baik, bu!!"
Sepertinya aku diterlantarkan, aku benar-benar tidak dianggap. Kalau begitu aku bagian yang menyapu.
Sudah sore, sepertinya kelas sudah bersih.
"Aduh, capek banget! Tama, beli minum yuk!"
"Ayo! Hey, Kaito dan yang lain ikut yuk!"
"Iya sebentar."
Blam!
Pintu kelas tertutup, aku benar-benar tidak dianggap.. Lebih baik aku pulang saja.
Pada saat aku keluar dari kelas..
THUMP!
"Uhh... Maaf..." Sepertinya aku menabrak seseorang.
"Shi sudah mau pulang?" Ternyata aku tidak sengaja menabrak Kaito.
"I... Iya.."
"Ini, ambilah. Kamu pasti lelah dan haus kan?" (Sambil menyodorkan minum)
"Eh... Tidak usah, terima kasih."
Eh, tanganku diambil dan memberikanku minum.
"Ambil saja. Nanti kamu juga minum."
"Te... Terima kasih."
"Oh iya, kamu ada ponsel? Kalau ada apa aku boleh minta nomormu?"
"Ada, ponselku...." (Meminjamkan ponsel Shi ke Kaito)
"Ah, terima kasih. Aku benar-benar ingin mendengar suaramu. Tenang saja, aku percaya padamu, kamu bukan cewek terkutuk." Kata-kata Kaito sama seperti kata-kata Rei, membuatku nyaman.
"Ehm, terima kasih." Aku benar-benar senang bisa bertemu Kaito.
(Di belakang mereka berdua, ada 2 orang cewe ngeliat mereka berdua yang kayaknya mikir kalo Shi bukan cewe baik2)
Sesampai di rumah, aku menceritakan semua yang terjadi hari ini.
"Apa? Syukurlah kamu membuat teman baru." Rei senang mendengarnya.
"Ya.. Oh iya tadi aku menggambar bunga yang ada di halaman bunga sekolah. Ini untukmu."
"Ohh... Sungguh?" (Rei berkilau)
"I... Iya..."
"Kyaaa terima kasih! Akan kusimpan baik-baik gambarmu ini!" (Memeluk Shi)
"Baiklah selamat tidur, Rei."
"Met bobo ya, Shi."
Keesokan paginya di sekolah..
(Shi menaruh sepatunya di rak sepatu)
"Hei, Shinobu si gadis terkutuk.." Sepertinya ada suara yang memanggil.. (Menoleh)
"Kamu tau kan kenapa kita menghampirimu, Shi?" Sepertinya mereka ada masalah denganku...
To Be Continued...
Tuesday, April 12, 2011
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment